PENGERTIAN KALIMAT
Pengertian
Kalimat dalam ragam resmi, baik lisan maupun tertulis, harus memiliki subjek (S) dan predikat (P). kalau tidak memiliki unsur subjek dan unsur predikat, pernyataan itu bukanlah kalimat. Dengan kata yang seperti itu hanya dapat disebut sebagai frasa. Inilah yang membedakan kalimat dengan frasa.
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan yang mengungkapkan pikiran yang utuh. Dalam wujud lisan kalimat diucapkan dengan suara naik turun, dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir. Dalam wujud tulisan berhuruf latin kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik. (.), tanda tanya (?) dan tanda seru (!).
Ciri-ciri Kalimat
a. Terdiri atas satu kata atau lebih, lazimnya lebih dari satu kata.
b. Umumnya dalam susunan:
1) S – P
2) S – P – O
3) S – P – O – O
4) Keterangan hanya sebagai ‘penjelas’ dan tidak mutlak ada.
c. Dimulai dengan huruf besar dan diakhiri dengan titik.
d. Subyek dan predikat dapat dimutasikan.
e. Dalam kalimat tulis, subyek dan predikat harus eksplisit.
f. Dalam kalimat lisan salah satu unsur atau lebih dari S, P, O , atau K,
dapat dihilangkan.
g. Kalimat dengan kalimat dapat digabung, menjadi kalimat majemuk setara, atau kalimat majemuk bertingkat, atau kalimat majemuk campuran, atau menjadi paragraf.
POLA KALIMAT DASAR
Kalimat yang paling sederhana berpola S-P, meskipun ada yang hanya berpola P. Yang paling kompleks adalah yang berpola S-P-O-Pel-Ket.
Contoh:
1. S-P: Saya mahasiswa.
2. S-P-O: Rani mendapat hadiah.
3. S-P-Pel: Beliau menjadi ketua koperasi.
4. S-P-Ket: Kami tinggal di Jakarta.
5. S-P-O-Pel: Dia mengirimi ibunya uang.
6. S-P-O-Ket: Riska menyimpan uang di bank.
7. S-P-O-Pel-Ket: Rudy membelikan anaknya boneka tadi siang.
Kita telah dapat menentukan pola kalimat dasar itu sendiri. Berdasarkan penelitian para ahli, pola
kalimat dasar dalam bahasa Indonesia adalah sebagai berikut.
1. KB + KK : Mahasiswa berdiskusi.
2. KB + KS : Dosen itu ramah.
3. KB + KBil : Harga buku itu sepuluh ribu rupiah.
4. KB + (KD + KB) : Tinggalnya di Palembang.
5. KB1 + KK + KB2 : Mereka menonton film.
6. KB1 + KK + KB2 + KB3 : Paman mencarikan saya pekerjaan.
7. KB1 + KB2 : Rustam peneliti.
Ketujuh pola kalimat dasar ini dapat diperluas dengan berbagai keterangan dan dapat pula pola-pola
dasar itu digabung-gabungkan sehingga kalimat menjadi luas dan kompleks.
UNSUR-UNSUR KALIMAT
1. Subjek
Subjek adalah unsur pokok yang terdapat pada sebuah kalimat di samping unsur predikat. Dengan mengetahui ciri-ciri subjek secara lebih terperinci, kalimat yang dihasilkan dapat terpelihara strukturnya.
¨ Jawaban atas Pertanyaan Apa atau Siapa
Penentuan subjek dapat dilakukan dengan mencari jawaban atas pertanyaan apa atau siapa yang dinyatakan dalam suatu kalimat. Untuk subjek kalimat yang berupa manusia, biasanya digunakan kata tanya siapa.
Contoh:
Buku itu saya serahkan.
Saya menyerahkan buku itu
¨ Disertai Kata Itu, itu dan tersebut.
Subyek disertai kata ganti penunjuk, ini, itu, dan tersebut yang ditempatkan di antara subyek dan predikat, bahkan kata ganti penunjuk itu sendiri dapat bertindak menjadi subyek
Contoh:
Perhiasannya anggun. (Meja itu, subyek)
Itu perhiasan anggun. (Itu, subyek)
¨ Didahului Kata Bahwa
Di dalam kalimat pasif kata bahwa merupakan penanda bahwa unsur yang menyertainya adalah anak kalimat pengisi fungsi subjek. Di samping itu, kata bahwa juga merupakan penanda subjek yang berupa anak kalimat pada kalimat yang menggunakan kata adalah atau ialah.
Contoh:
¨ Mempunyai Keterangan Pewatas Yang
Kata yang menjadi subjek suatu kalimat dapat diberi keterangan lebih lanjut dengan menggunakan penghubung yang. Keterangan ini dinamakan keterangan pewatas.
Contoh:
Icuk Sugiato yang juara dunia bulu tangkis tahun 1983 kalah lagi
bertanding dengan Yang Yang.
¨ Tidak Didahului Preposisi
Subjek tidak didahului preposisi, seperti dari, dalam, di, ke, kepada, pada. Orang sering memulai kalimat dengan menggunakan kata-kata seperti itu sehingga menyebabkan kalimat-kalimat yang dihasilkan tidak bersubjek.
¨ Berupa Nomina atau Frasa Nominal
Subjek kebanyakan berupa nomina atau frasa nominal. Di samping nomina, subjek dapat berupa verba atau adjektiva, biasanya, disertai kata penunjuk itu.
Contoh:
Pertemuan itu ditunda sampai minggu depan. (Subyek, Pertemuan itu,
kata benda)
Panasnya sangat menyengat. (Subyek, Panasnya, kata keadaan yang
dibendakan)
Mahasiswa yang pemalu itu memenangkan lomba melukis.
(Subyek, Mahasiswa yang pemalu itu, frasa nominal)
¨ Subyek boleh didahului kata tugas, yaitu kata depan dan kata penghubung,
kecuali bahwa. Kata tugas ini berfungsi untuk memperluas kalimat.
Contoh:
Sudah kami ketahui bahwa ia tidak datang.
Telah terbukti bahwa ia mencuri.
Dari hasil laboratorium diketahui bahwa golongan darah mereka sama.
¨ Subyek dapat dihilangkan dalam kalimat majemuk.
Contoh:
Mereka ingin pulang karena (mereka) sudah terlalu letih.
Mereka ingin pulang karena sudah terlalu letih.
Dia bukan dokter melainkan (dia) produser film.
Dia bukan dokter melainkan produser film.
2. Predikat
Predikat juga merupakan unsur utama suatu kalimat di samping subjek Bagian ini khusus membicarakan ciri-ciri predikat secara lebih terperinci.
¨ Predikat berupa kata (kata benda, kata kerja, kata sifat, kata bilangan, dan kata depan) dan kelompok kata.
Predikat ditempati oleh lima kelas kata atau kelompok kata sbb.:
a) Predikat berupa kata benda atau frasa nomina
Mereka itu mahasiswa.
Bapak itu pimpinan perusahaan
b) Predikat berupa kata kerja atau frasa verbal
Mereka belajar di teras rumah.
Dia datang memenuhi janjinya.
c) Predikat berupa kata sifat atau frasa ajektiva.
Mereka malas ke sekolah pagi ini.
Harganya mahal sekali.
d) Predikat berupa kata bilangan atau numeralia.
Kenaikan rata-rata 5 %.
Jumlah penonton sekitar seribu orang.
¨ Jawaban atas Pertanyaan Mengapa atau Bagaimana
Dilihat dari segi makna, bagian kalimat yang memberikan informasi atas pertanyaan mengapa atau bagaimana adalah predikat kalimat. Pertanyaan sebagai apa atau jadi apa dapat digunakan untuk menentukan predikat yang berupa nomina penggolong (identifikasi). Kata tanya berapa dapat digunakan untuk menentukan predikat yang berupa numeralia (kata bilangan) atau frasa numeralia.
Contoh : Mereka sedang berdiskusi.
Pertemuan itu kurang menari
¨ Kata Adalah atau Ialah
Predikat kalimat dapat berupa kata adalah atau ialah. Predikat itu terutama digunakan jika subjek kalimat berupa unsur yang panjang sehingga batas antara subjek dan pelengkap tidak jelas.
¨ Dapat Diingkarkan
Predikat dalam bahasa Indonesia mempunyai bentuk pengingkaran yang diwujudkan oleh kata tidak. Bentuk pengingkaran tidak ini digunakan untuk predikat yang berupa verba atau adjektiva. Di samping tidak sebagai penanda predikat, kata bukan juga merupakan penanda predikat yang berupa nomina atau predikat kata merupakan.
¨ Dapat Disertai Kata-kata Aspek atau Modalitas
Predikat kalimat yang berupa verba atau adjektiva dapat disertai kata-kata aspek seperti telah, sudah, sedang, belum, dan akan. Kata-kata itu terletak di depan verba atau adjektiva. Kalimat yang subjeknya berupa nomina bernyawa dapat juga disertai modalitas, kata-kata yang menyatakan sikap pembicara (subjek), seperti ingin, hendak, dan mau.
Peran dalam predikat
Peran predikat dalam kalimat mengungkapkan tiga informasi, yaitu:
a) pernyataan
Contoh:
Pedagang terkenal itu anak seorang nelayan
(Predikat berupa frasa nominal)
b) perintah
Dalam peran perintah perlu diperhatikan beberapa cacatan penting.
i) Subyek dapat ditiadakan
ii) Setiap kalimat diakhiri dengan tanda seru.
iii) Dapat berupa kata kerja tanpa imbuhan (aus) seperti: pulang, pergi, gerak, dan tenang.
iv) Partikel lah mempertegas (kalimat) perintah
v) Kata-kata seperti: ayo, silahkan, mari, oke, dilarang, jangan, dan harap memperhalus peran perintah menjadi ajakan, permohonan, dan larangan, sepeti contoh:
Harap tenang!
Perhatikan baik-baik!
Jangan dibagikan dahulu!
c) Pertanyaan
Peran pertanyaan dinyatakan dengan intonasi menaik dan menurun serta tanda tanya (?) dalam kalimat tulis.
Perlu diketahui beberapa hal tentang peran pertanyaan ini.
i) Semua kelas kata atau frasa yang menempati predikat dapat menyatakan pertanyaan seperti terlihat dalam semua contoh
ii) Partikel kah dapat ditambahkan sebagai penekanan
Contoh: Marahkah dia?
iii) Dengan merubah intonasi, yaitu intonasi menaik atau menurun,
predikat pernyataan dapat menjadi predikat pertanyaan
Contoh: Dia ke sini kemarin. (Pernyataan)
Dia kesini kemarin? (Pertanyaan)
iv) Kata tanya seperti: apa, siapa, bagaimana, mengapa, di mana, kapan
dapat ditambahkan dan intonasi kalimat akan menurun.
Contoh: Apa isi surat ini?
3 Objek
Unsur kalimat ini bersifat wajib dalam susunan kalimat aktif transitif yaitu kalimat yang sedikitnya mempunyai tiga unsur utama, subjek, predikat, dan objek. Predikat yang berupa verbal intransitif (kebanyakan berawalan ber- atau ter-) tidak memerlukan objek, sedangkan verbal transitif yang memerlukan objek kebanyakan berawalan me-. Ciri-ciri objek ini sebagai berikut.
¨ Langsung di Belakang Predikat
Objek hanya memiliki tempat di belakang predikat, tidak pernah mendahului predikat.
¨ Dapat Menjadi Subjek Kalimat Pasif
Objek yang hanya terdapat dalam kalimat aktif dapat menjadi subjek dalam kalimat pasif. Perubahan dari aktif ke pasif ditandai dengan perubahan unsur objek dalam kalimat aktif menjadi subjek dalam kalimat pasif yang disertai dengan perubahan bentuk verba predikatnya.
¨ Tidak Didahului Preposisi
Objek yang selalu menempati posisi di belakang predikat tidak didahului preposisi. Dengan kata lain, di antara predikat dan objek tidak dapat disisipkan preposisi.
¨ Didahului Kata Bahwa
Anak kalimat pengganti nomina ditandai oleh kata bahwa dan anak kalimat ini dapat menjadi unsur objek dalam kalimat transitif.
4. Pelengkap
Pelengkap dan objek memiliki kesamaan. Kesamaan itu ialah kedua unsur kalimat ini :
• Bersifat wajib ada karena melengkapi makna verba predikat kalimat.
• Menempati posisi di belakang predikat.
• Tidak didahului preposisi.
Perbedaannya terletak pada kalimat pasif. Pelengkap tidak menjadi subjek dalam kalimat pasif. Jika terdapat objek dan pelengkap dalam kalimat aktif, objeklah yang menjadi subjek kalimat pasif, bukan pelengkap. Berikut ciri-ciri pelengkap.
¨ Di Belakang Predikat
Ciri ini sama dengan objek. Perbedaannya, objek langsung di belakang predikat, sedangkan pelengkap masih dapat disisipi unsur lain, yaitu objek. Contohnya terdapat pada kalimat berikut.
a) Diah mengirimi saya buku baru.
b) Mereka membelikan ayahnya sepeda baru.
Unsur kalimat buku baru, sepeda baru di atas berfungsi sebagai pelengkap dan tidak mendahului predikat.
¨ Tidak Didahului Preposisi
Seperti objek, pelengkap tidak didahului preposisi. Unsur kalimat yang didahului preposisi disebut keterangan. Ciri-ciri unsur keterangan dijelaskan setelah bagian ini.
5. Keterangan
Keterangan merupakan unsur kalimat yang memberikan informasi lebih lanjut tentang suatu yang dinyatakan dalam kalimat; misalnya, memberi informasi tentang tempat, waktu, cara, sebab, dan tujuan. Keterangan ini dapat berupa kata, frasa, atau anak kalimat. Keterangan yang berupa frasa ditandai oleh preposisi, seperti di, ke, dari, dalam, pada, kepada, terhadap, tentang, oleh, dan untuk. Keterangan yang berupa anak kalimat ditandai dengan kata penghubung, seperti ketika, karena, meskipun, supaya, jika, dan sehingga. Berikut ini beberapa ciri unsur keterangan.
¨ Bukan Unsur Utama
Berbeda dari subjek, predikat, objek, dan pelengkap, keterangan merupakan unsur tambahan yang kehadirannya dalam struktur dasar kebanyakan tidak bersifat wajib.
¨ Tidak Terikat Posisi
Di dalam kalimat, keterangan merupakan unsur kalimat yang memiliki kebebasan tempat. Keterangan dapat menempati posisi di awal atau akhir kalimat, atau di antara subjek dan predikat.
¨ Jenis Keterangan
Keterangan dibedakan berdasarkan perannya di dalam kalimat.
1. Keterangan Waktu
Keterangan waktu dapat berupa kata, frasa, atau anak kalimat. Keterangan yang berupa kata adalah kata-kata yang menyatakan waktu, seperti kemarin, besok, sekarang, kini, lusa, siang, dan malam. Keterangan waktu yang berupa frasa merupakan untaian kata yang menyatakan waktu, seperti kemarin pagi, hari Senin, 7 Mei, dan minggu depan. Keterangan waktu yang berupa anak kalimat ditandai oleh konjungtor yang menyatakan waktu, seperti setelah, sesudah, sebelum, saat, sesaat, sewaktu, dan ketika.
2. Keterangan Tempat
Keterangan tempat berupa frasa yang menyatakan tempat yang ditandai oleh preposisi, seperti di, pada, dan dalam.
3.Keterangan Cara
Keterangan cara dapat berupa kata ulang, frasa, atau anak kalimat yang menyatakan cara. Keterangan cara yang berupa kata ulang merupakan perulangan adjektiva. Keterangan cara yang berupa frasa ditandai oleh kata dengan atau secara. Terakhir, keterangan cara yang berupa anak kalimat ditandai oleh kata dengan dan dalam.
4. Keterangan Sebab
Keterangan sebab berupa frasa atau anak kalimat. Keterangan sebab yang berupa frasa ditandai oleh kata karena atau lantaran yang diikuti oleh nomina atau frasa nomina. Keterangan sebab yang berupa anak kalimat ditandai oleh konjungtor karena atau lantaran.
5. Keterangan Tujuan
Keterangan ini berupa frasa atau anak kalimat. Keterangan tujuan yang berupa frasa ditandai oleh kata untuk atau demi, sedangkan keterangan tujuan yang berupa anak kalimat ditandai oleh konjungtor supaya, agar, atau untuk.
6. Keterangan Aposisi
Keterangan aposisi memberi penjelasan nomina, misalnya, subjek atau objek. Jika ditulis, keterangan ini diapit tanda koma, tanda pisah (–), atau tanda kurang.
Perhatikan contoh berikut.
¨ Dosen saya, Bu Erwin, terpilih sebagai dosen teladan.
7. Keterangan Tambahan
Keterangan tambahan memberi penjelasan nomina (subjek ataupun objek), tetapi berbeda dari keterangan aposisi. Keterangan aposisi dapat menggantikan unsur yang diterangkan, sedangkan keterangan tambahan tidak dapat menggantikan unsur yang diterangkan. Seperti contoh berikut.
¨ Siswanto, mahasiswa tingkat lima, mendapat beasiswa.
Keterangan tambahan (tercetak miring) itu tidak dapat menggantikan unsur yang diterangkan yaitu kata Siswanto.
8. Keterangan Pewatas
Keterangan pewatas memberikan pembatas nomina, misalnya, subjek, predikat, objek, keterangan, atau pelengkap. Jika keterangan tambahan dapat ditiadakan, keterangan pewatas tidak dapat ditiadakan. Contohnya sebagai berikut.
¨ Mahasiswa yang mempunyai IP tiga lebih mendapat beasiswa.
Contoh diatas menjelaskan bahwa bukan semua mahasiswa yang mendapat beasiswa, melainkan hanya mahasiswa yang mempunyai IP tiga lebih.
KALIMAT EFEKTIF
Kalimat efektif adalah kalimat yang memperlihatkan bahwa proses penyampaian oleh pembicara/penulis dan proses penerimaan oleh pendengar/pembaca berlangsung dengan sempurna sehingga isi atau maksud yang di sampaikan oleh pembicara/penulis tergambar lengkap dalam pikiran pendengar/pembaca. Pesan yang diterima oleh pendengar/pembaca relative sama dengan yang di kehendaki oleh pembicara/penulis.
Syarat-syarat kalimat efektif sebagai berikut:
1. Secara tepat mewakili pikiran pembicara/penulisnya.
2. Mengemukakan pemahaman yang sama tepatnya antara pikiran pendengar/pembaca dengan yang dipikirkan pembaca atau penulisnya.
1Koherensi (keutuhan)
Koherensi (keutuhan) dalam kalimat terlihat pada adanya keterkaitan makna antardata dalam kalimat tersebut. Perhatikan contoh dibawah ini.
(1a) Kami pun akhirnya saling memaafkan.
(1b) Saya pun akhirnya saling memaafkan.
(2a) Mereka berbondong-bondong menuju pertunjukan rakyat itu.
(2b) Dia berbondong-bondong manuju pertunjukan rakyat itu.
2 Kesejajaran
Kalimat efekif mempersyaratkan adanya kesejajaran bentuk dan kesejajaran makna. Kesejajaran bentuk berhubungan dengan struktur kalusa, sedangkan kesejajaran makna berkaitan dengan kejelasan informasi yang diungkapkan.
3 Pemfokusan
Yang dimaksud dengan pemfokusan adalah pemusatan perhatian terhadap bagian kalimat tertentu. Pemfokusan itu dilakukan melalui berbagai cara, antara lain melalui pengedepanan dan pengulangan.
3.1 Pengedepanan
Kalimat yang difokuskan diletakan pada bagian awal kalimat. Perhatikan contoh berikut.
(6) Piala Sudirman seharusnya tidak berpindah dari bumi pertiwi ini.
(7) Sangat memprihatinkan keadaan perekonomian Indonesia saat itu.
(8) Secara beringas mereka menyerbu pertokoan itu.
Pada cotoh diatas terlihat bahwa bagian awal kalimat merupakan bagian yang difokuskan atau ditonjolkan. Unsur yang ditonjilkan pada kalimat (6) adalah subjeknya, yaitu Piala Sudirman, pada kalimat (7) adalah predikat, yaitu sangat memprihatinkan, dan pada kalimat (8) adalah keterangan, yaitu secara beringas. Unsur yang dikedepankan itu tidak ada menonjol lagi kalau susunannya diubah menjadi sebagai berikut.
(6a) Seharusnya piala Sudirman tidak berpindah dari bumi pertiwi ini.
(7a) Keadaan perekonomian Indonesia saat itu sangat memprihatinkan.
(8a) Mereka menyerbu pertokoan itu secara beringas.
3.2 Pengulangan
Pemfokusan dapat ditempuh pula melalui pengulangan bagian yang difokuskan atau ditekankan, seperti contoh berikut.
(9) Rajin membaca dan rajin menulis dapat menjamin prestasi belajar demi masa depan.
(10) Pandai bergaul, pandai berbicara, dan pandai membujuk orang adalah modal utama seorang pialang.
Pengulangan kata rajin pada kalimat (9) dan kata pandai pada kalimat (10) dalam ragam tertentu tidak dapat dikatakan mubazir karena berfungsi untuk mempertegas pernyataan. Sebenarnya kata rajin dan pandai dapat saja hanya muncul sekali, tetapi kesannya berbeda. Bandingkan kalimat (9) dan (10) dengan kalimat (9a) dan (10a) berikut.
(9a) Rajin membaca dan menulis dapat menjadi prestasi belajar masa depan.
(10a) Pandai bergaul, berbicara, dan membujuk orang adalah modal utama seorang pialang.
4 Penghematan
Kalimat efektif ditandai pula dengan penggunaan kata secara hemat. Penghematan penggunaan kata itu dilakukan, antara lain, dengan cara (a) Tidak mengulang subyek yang sama, (b) Menghindari pemakaian bentuk ganda, dan (c) Menggunakan kata secara hemat.
4.1 Penghilangan Subjek Berulang
Subjek berulang terdapat dalam kalimat majemuk, baik dalam kalimat majemuk setara maupun kalimat majemuk bertingkat. Dalam hal ini subjeknya harus sama pada kalimat majemuk setara subjek kalimat pertama sama dengan subjek kalimat kedua, ketiga, dan seterusnya. Pada kalimat majemuk bertingkat subjek anak kalimat sama dengan subjek induk kalimat. Perhatikan kalimat dibawah ini.
(11) Dia masuk ke ruang pertemuan itu, kemudian dia duduk di kursi paling depan, lalu dia asyik membaca novel.
(11a) Dia masuk ke ruang pertemuan itu, kemudian duduk di kursi paling depan, lalu asyik membaca novel.
Kalimat (11) adalah kalimat majemuk setara yang terdiri atas tiga kalimat dasar dengan subjek yang sama, yaitu dia. Pemunculan subjek sebanyak tiga kali tersebut jelas tidak hemat. Oleh karena itu, subjek kedua dan ketiga tidak perlu hadir sehingga terbentuk kalimat (11a) yang lebih efektif.
Penghilangan subjek kalimat majemuk bertingkat terlihat pada kalimat berikut.
(12) Sejak saya bertempat tinggal di Bogor, saya mempunyai banyak waktu luang.
(12a) Sejak bertempat tinggal di Bogor, saya mempunyai lebih banyak waktu luang.
Pada kalimat (12) terlihat bahwa subjek anak kalimat sama dengan subjek induk kalimat. Karena subjeknya sama, salah satu subjek tersebut dapat dihilangkan sehingga menjadi kalimat (12a). Namun, harus diingat bahwa penghilangan subjek di dalam kalimat majemuk bertingkat tidak boleh dilakukan pada induk kalimat karena kalau urutan diubah akan terjadi seperti (12c). Penghilangan seperti pada kalimat (12b) dan (12c) dibawah ini harus dihindari.
(12b) * Sejak saya bertempat tinggal di Bogor, mempunyai lebih banyak waktu luang.
(12c) * Mempunyai lebih banyak waktu luang sejak saya bertempat tinggal di Bogor.
4.2 Penghilangan Bentuk Ganda
Di dalam pemakaian bahasa sehari-hari sering ditemukan pemakaian bentuk ganda yang dapat digolongkan sebagai bentuk ganda atau bersinonim seperti contoh berikut.
adalah merupakan
agar supaya
seperti misalnya
sangat … sekali
amat sangat
demi untuk
hanya … saja
Tiap-tiap unsur pada pasangan di atas mempunyai arti dan fungsi yang hampir sama di dalam sebuah kalimat. Oleh karena itu, penggunaan kedua unsur tersebut secara bersama-sama, terutama dalam bahasa tulis resmi, harus dihindarkan perhatikan contoh di bawah ini :
(13) Bantuan untuk orang miskin itu adalah merupakan wujud kepedulian sosial masyarakat yang mampu.
(13a) Bantuan untuk orang miskin itu merupakan wujud kepedulian social masyarakat yang mampu.
(13b) Bantuan untuk orang miskin itu adalah wujud kepedulian social masyarakat yang mampu.
(14) Penghijauan kembali lahan gundul perlu digalakkan agar supaya tidak terjadi banjir.
(14a) Penghijauan kembali lahan gundul perlu digalakkan agar tidak terjadi banjir.
(14b) Penghijauan kembali lahan gundul perlu digalakkan supaya tidak terjadi banjir.
(15) Kualitas air tanah di daerah permukiman itu sangat baik sekali.
(15a) Kualitas air tanah di daerah pemukiman itu sangat baik.
(15b) Kualitas air tanah di daerah pemukiman itu baik sekali.
(16) Persoalan yang dibicarakannya amat sangat penting.
(16a) Persoalan yang dibicarakannya amat penting.
(16b) Persoalan yang dibicarakannya sangat penting.
(17) Demi untuk kepentingan rakyat banyak mereka rela berkorban apa saja.
(17a) Demi kepentingan rakyat banyak, mereka rela berkorban apa saja.
(17b) Untuk kepentingan rakyat banyak, mereka rela berkorban apa saja.
(18) Agar dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan mereka hanya memerlukan waktu beberapa hari saja.
(18a) Agar dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan, mereka hanya memerlukan waktu beberapa hari saja.
Penggunaan bentuk ganda tampak pada contoh (13)- -(18). Dari segi makna dan kerapihan struktur kalimat, contoh (13)- – (18) itu tidak memperlihatkan adanya masalah kebahasan. Namun, dari segi kehematan penggunaan kata, pemakaian bentuk ganda itu mengandung kemubaziran. Oleh karena itu, yang disarankan untuk digunakan adalah contoh (13a) – – (18a) dan (13b) – – (18b).
4.3 Penghematan Penggunaan Kata
Di dalam bahasa Indonesia tidak dikenal bentuk jamak atau tunggal secara tata bahasa. Katakaryawan,peserta, atau anak, misalnya, dapat bermakna tunggal dan dapat pula bermakna jamak. Hal itu sangat bergantung pada konteks pemakaiannya. Untuk menyatakan makna jamak, antara lain, dapat dilakukan dengan pengulangan atau penambahan kata yang menyatakan makna jamak, seperti para, beberapa, sejumlah, banyak, atau segala. Kedua cara pengungkapan makna jamak itu tidak digunakan secara bersam-sama. Perhatikan contoh dibawah ini.
(19) *Beberapa rumah-rumah di bantaran kali itu akan segera ditertibkan.
(19a) Beberapa rumah di bantaran kali itu akan segera ditertibkan.
(19b) Rumah-rumah di bantaran kali itu akan segera ditertibkan.
(20) *Karyawan harus menaati segala ketentuan-ketentuan yang berlaku di kantor.
(20a) Karyawan harus menaati segala ketentuan yang berlaku di kantor.
(20b) Karyawan harus menaati ketentuan-ketentuan yang berlaku di kantor.
5 Variasi
Penyusunan kalimat perlu memperhatikan variable kalimat karena variasi itu akan memberikan efek yang berbeda. Pemfokusan dengan mengedepankan unsure yang dianggap penting seperti yang telah dibicarakan pada bagian 3.1 dapat digolongkansebagai variasi urutan unsur kalimat. Namun, variasi kalimat bukan hanya itu. Variasi lain yang mempertimbangkan nilai komunikasi dapat berupa penyusunan kalimat berimbang, kalimat melepas, dan kalimat berklimaks.
5.1 Kalimat Berimbang
Yang dimaksud dengan kalimat berimbang adalah kalimat yang mengandung beberapa informasi yang kadarnya sama atau seimbang karena sama-sama penting. Contohnya adalah sebagai berikut.
(21) Fajar telah menyingsing dan burung-burung pun mulai berkicau.
5.2 Kalimat Melepas
Kalimatmelepas berbeda dari kalimat berimbang. Kalimat berimbang mengandung informasi yang setara, sedangkan kalimat melepas mengandung informasi yang tidak setara. Di dalam kalimat melepas terdapat informasi utama dan informasi tambahan. Informasi utamanya diletakkan pada bagian awal kalimat dan informasi tambahan diletakkan pada posisi berikutnya sehingga seakan-akan informasi tambahan itu dilepas begitu saja. Karena derajat informasinya tidak sama, jenis kalimat yang digunakan bukan kalimat majemuk setara, melainkan kalimat majemuk bertingkat. Agar penjelasan ini lebih mudah dipahami, kalimat berimbang (21) dan (22) di atas, diubah menjadi kalimat melepas seperti berikut.
(23) Fajar telah menyingsing saat burung-burung mulai berkicau.
5.3 Kalimat Berklimaks
Kalimat berklimaks merupakan kebalikan kalimat melepas. Pada kalimat melepas informasi utamanya terletak pada awal kalimat, sedangkan pada kalimat berklimaks informasi utamanya terletak pada bagian akhir kalimat. Dengan demikian, kalimat (23) dan (24) di atas dapat diubah menjadi kalimat berklimaks seperti berikut.
(23a) Saat burung-burung mulai berkicau, fajar menyingsing.
6 Kelogisan
Kelogisan ialah bahwa ide kalimat itu dapat dengan mudah dipahami dan penulisannya sesuai dengan ejaan yang berlaku. Hubungan unsur-unsur dalam kalimat harus memiliki hubungan yang logis/masuk akal.
Contoh:
(25a) Untuk mempersingkat waktu, kami teruskan acara ini. (salah)
(25b) Untuk menghemat waktu, kami teruskan acara ini. (benar)
(26a) Mayat lelaki tua yang ditemukan itu sebelumnya sering mondar-mandir di daerah tersebut. (salah)
(26b) Sebelum meninggal, lelaki tua yang mayatnya ditemukan itu sering mondar-mandir di daerah tersebut. (benar)
7 Kecermatan
Kecermatan di sini maksudnya tidak menimbulkan tafsiran ganda dan tepat dalam pilihan kata.
(27a) Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu menerima hadiah. (salah)
(27b) Mahasiswa dari perguruan tinggi yang terkenal itu menerima hadiah. (benar)
(28c) Mahasiswa yang terkenal di perguruan tinggi itu menerima hadiah. (benar)
(29a) Dia menerima uang sebanyak tiga puluh lima ribuan. (salah)
(29b) Dia menerima uang sebanyak tiga puluh lima ribu rupiah. (benar)
(29b) Dia menerima uang sebanyak tiga puluh lembar lima ribu rupiah. (benar)